Jumat, 09 November 2012

Saya Bahagia

Saya dan eskpresi saya akhir-akhir ini memang tidak bisa berbohong. Meski deadlen di depan mata, meski objek huntingan dibatalkan, atau harus mengejar berita nun jauh di ujung bekasi, atau harus bangun pagi2 demi masak untuk suami dan berangkat pagi2 biar ga telat sampe kantor. Semua aktifitas yang bikin capek itu rasanya ringan aja loh. Hari-hari saya isi dengan senyuman. Apa sebabnya coba kalo bukan karena...saya bahagia.

Ya..SAYA BAHAGIA. Alhamdulillah. :) Dulu berjuta bayang-bayang menyeramkan menghantui saya. Cucian makin banyakkk...strikaan makin banyakkk...suami yang cerewet soal masakannn...cek-cok karena perbedaan pendapat atau sifat asli yang muncul setelah pernikahan yang tidak saya sukai. Ada yang bilang menikah itu seperti membeli kucing dalam karung. Kamu tidak akan pernah tahu sebelum kamu membelinya. Kamu baru bisa membuka karung setelah membayar tunai. Begitu juga dengan menikah. Baik dan buruk pasangan adalah konsekuensi yang harus diterima.

Setiap orang yang akan menikah pasti harap-harap cemas. Jangan-jangan salah langkah. Dan setelah satu bulan lebih =(masih satu bulan siihh ) saya menjalani pernikahan ini saya bersyukur. Suami saya sosok pemimpin yang pengertian. Tidak arogan seperti laki-laki umumnya. Dia juga terampil. Dia mau turun tangan ke dapur untuk membantu saya cuci piring. Dia juga mau membantu menghabiskan tumpukan baju yang belum disetrika. Dia juga mengerti dan tidak meminta untuk dibuatkan masakan saat kerjaan saya sedang deadline. Dia mau jau-jauh menjemput meski harus berputar arah 2x lipat untuk menjemput saya yang kemaleman karena deadline. Dia malah membantu beberapa pekerjaan saya. Menemani keliling untuk hunting. Bahkan di waktu weekend yang seharusnya bisa dipakai untuk istirahat. Meskipun saya tahu sikap yang dia tunjukkan berkebalikan dengan keinginannya untuk memiliki istri yang bekerja dari rumah saja. Yah...mungkin saat ini belum bisa seideal itu. Tapi ternyata...semua itu tetap bisa indah..karena ada pasangan yang mau mengerti, yang selalu mendukung kita, yang selalu mendampingi, dan bersedia berbagi suka ataupun duka.

Menikah mungkin lebih dari sekedar memiliki teman satu rumah atau teman berbagi tempat tidur. Rumah hanyalah miniatur kecil dari bahtera kehidupan yang lebih besar lagi nantinya. Saling berbagi, saling mengisi segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Teorinya seperti itu. Tapi ke depannya apakah semudah itu? Semoga saj ya...Rasanya jika semua dilakukan dengan cinta dan keikhlasan hati, apapun hambatan nanti akan terasa ringan kan.

Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat, berkah, dan cinta yang mendekatkan kami kepada cintaNya. Amiiinn...

*catatan 14mei2012 disalin dari multiply